Senin, 07 Januari 2013

Filosofi Empat Musim di Jepang

Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Kuil Sensoji Nagano-shi, Nagano, Japan
Negeri Jepang yang terkenal dengan sebutannya sebagai Negeri Matahari terbit memang pantas disandangnya. Mempunyai empat musim dengan ragam aktifitas warganya. Rakyat Jepang begitu menikmati petanda-petanda perubahan musim dan  perkembangannya. Empat musim yang ada di negara Jepang sebagai negara di Asia Timur ini membuat masyarakat Jepang disiplin akan pola kehidupan yang mengharuskan mereka untuk mempersiapkan kebutuhan hidup sebelum memasuki musim berikutnya. Kedisiplinan dan ketangguhan cara hidup masyarakat Jepang inilah yang pantas dicontoh oleh Indonesia sebagai negara berkembang. Lihat saja meski diterjang gempa berkali-kali, masyarakat  disana seperti sudah terbiasa untuk berjuang hidup tanpa bermalas-malasan menunggu bantuan datang. Selain itu, adanya empat musim di Jepang membawa berkah tersendiri bagi geliat penduduk asli ataupun pendatang. Diawali dari musim semi (bunga), musim panas, musim gugur, hingga musim dingin (salju) dan berputar seterusnya. Berikut ini ragam aktifitas masyarakat di negeri Sakura yang saya rangkum dari cerita seorang teman yang bekerja di Jepang.


Musim Semi

Musim semi di Jepang identik dengan keberadaan bunga sakura di hampir seluruh penjuru Jepang. Rona kebahagiaan setiap musim semi datang di Jepang begitu terpancar pada setiap penduduk di sana. Suhu dingin mulai beranjak menghangat, bunga-bunga pun mulai bermekaran indah, bunga sakura akan mewarnai penjuru Jepang dengan warna-warninya.  Jika bunga sakura mulai merekah, banyak orang mulai dari penduduk asli hingga wisatawan mancanegara keluar rumah untuk menikmati indahnya bunga sakura. Ada yang sekedar duduk-duduk bersama teman, atau keluarga, ada yang memanfaatkan untuk foto prewedding, hingga para fotografer yang ingin mengabadikan sakura dalam bidikan kamera.

Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Musim Bunga

Sakura berasal dari kata "Saku" (bahasa Jepang yang artinya "mekar") ditambah dengan akhiran yang menyatakan bentuk jamak "ra". Dalam bahasa Inggris, bunga Sakura disebut cherry blossom. Sakura merupakan bunga nasional negara Jepang yang mekar pada musim semi (awal April hingga akhir April). Bagi orang Jepang, bunga Sakura merupakan simbol penting yang kerap diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, sehingga kita dapat menemukan lambang bunga Sakura di mana saja di Jepang -pada barang-barang konsumen seperti kimono, alat-alat tulis dan peralatan dapur. Bunga Sakura juga merupakan simbol untuk mengekspresikan ikatan antarmanusia, keberanian, kesedihan dan kegembiraan. Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal bagi masyarakat Jepang. Sakura jenis someiyoshino adalah bunganya yang lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar. Bunga sakura jenis someiyoshino hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung mulai dari kuncup bunga terbuka hingga bunga mulai rontok.

Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Musim Bunga

Musim Panas
 

Musim panas di Jepang berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus. Dimana - mana masyarakat mengadakan Omatsuri ( festival ) musim panas. Festival musim panas disebut Tanabata. Malam hari para anak muda memakai yukata, sejenis kimono warnanya lebih mencolok dipakai pada musim panas, lengkap dengan uchiwa (kipas) dan geta (sandal kayu) adalah busana yang tepat untuk pergi ke festival (natsu matsuri) di kuil. Festival ini diramaikan dengan pedagang-pedagang yang berderet di sepanjang jalan yang diterangi ratusan chuochin (lampion). Mulai dari pedagang makanan ringan seperti jagung ataupun makanan tradisional Jepang seperti unagi. Unagi, sejenis menjadi makanan penjaga stamina di musim panas yang bersuhu tinggi. Dagingnya kaya dengan protein, asam lemak, dan vitamin A. Teh hijau yang disajikan bersama unagi menjadi pasangan tepat untuk menambah stamina dan kesehatan. Festival juga diramaikan dengan berbagai permainan tradisional hingga permainan kembang api.

Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Permainan Tradisional
Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Musim Panas

Musim Gugur
Kenapa gugur? Karena pendeknya siang hari dan penurunan intensitas sinar matahari di musim gugur, daun mulai melakukan proses pengguguran. Ketika dedaunan di pohon sudah mulai kering dan berjatuhan. Ketika pepohonan taman kota sudah berganti warna menjadi kuning kemerahan. Hal ini menjadi pertanda musim gugur telah tiba. Musim gugur sangat dinantikan banyak orang, karena udaranya sejuk, badan terasa segar setiap saat. Terik matahari pun tidak begitu panas dan udara juga tidak begitu dingin. Sama seperti saat musim semi, dua musim yang selalu dinanti-nantikan di Jepang. Musim gugur di Jepang, banyak hal unik yang dapat kita nikmati keindahannya. Momiji atau daun merah yang indah menawan merupakan satu dari sekian banyak daya tarik musim gugur. Tak jarang, para pendatang termasuk warga Indonesia yang bekerja di Jepang tidak ketinggalan mengabadikan setiap momen pergantian musim di Jepang. Dedaunan yang mulai memerah pun menjadi objek bidikan kamera.



Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Bunga pada Musim Gugur

Musim Salju

Musim dingin, sudah pasti SALJU yang sangat dingin. Salju hampir menutupi setiap penjuru Jepang. Bisa dibayangkan dinginnya minta ampun. Namun, masyarakat disana tidak hanya berdiam diri di rumah saja. Banyak aktifitas yang menyenangkan pada setiap musim yang berganti di Jepang, meski turun salju. Berbagai permainan pun mereka lakukan seperti main ski, bermain es salju bersama teman atau makan bersama teman di restoran untuk menghangatkan tubuh.
Suhunya bisa sampe minus kalo malamnya. 





 Foto Koleksi : Wahidi Eko Purwanto; Musim Salju
Dari empat musim yang dilalui oleh masyarakat Jepang setiap tahunnya, mereka selalu sedia payung sebelum hujan. Maksudnya, mereka sudah menyiapkan keperluan hidup seperlunya untuk menghadapi pergantian musim yang menuntut mereka harus siap fisik dan mental...keren kan. Jika mendekati musim dingin atau musim salju, tentunya mereka sudah menyiapkan stok makanan dan perlengkapan pakaian dingin. Begitupun sebaliknya, jika mendekati musim panas, mereka sudah menyiapkan pakaian santai seperti kaos untuk menghindari terik panas matahari yang begitu menyengat. Hal ini menandakan pola hidup mereka yang disiplin terhadap waktu karena perubahan empat iklim di negara mereka. Jadi tidak ada yang bermalas-malasan ataupun beralasan keluar rumah karena cuaca dingin atau cuaca panas. Kedisiplinan sudah menjadi gaya hidup orang Jepang. Benar-benar harus disiplin waktu toh...Ganbatee..Indonesia juga bisa!


Sumber:

Narasumber; Wahidi Eko Purwanto, Peserta International Manpower Development Organization, Japan. Bekerja di iwakamikozai.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sakura
http://nasional.kompas.com/read/2010/01/17/07520860/tradisi.makan.musim.panas

4 komentar:

  1. emang lebih bagus 4 musim dari pada dua kayak indo

    http://gayatekno.blogspot.com/2013/01/memilih-bank-menentukan-masa-depan.html

    BalasHapus
  2. iya..bener..coba ada empat musim juga ya di Indonesia...hehehe

    BalasHapus
  3. Arigatou Gozaimasu, sangat membantu infonya

    BalasHapus
  4. aulianissa124@gmail.com25 April 2014 pukul 01.55

    Siipp....

    BalasHapus