Kisah ini terjadi pada masa Perang Dunia II (sebelum peristiwa peledakan bom atom) di Jepang. Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun dikeluarkan dari sekolahnya karena sang guru tidak tahan dengan ulahnya yang nakal dan cerewet. Puncak kekesalan sang guru akhirnya Totto Chan terkena sanksi : DROP OUT dari sekolahnya.
Apa sebenarnya yang telah dilakukan Totto Chan? Asal tahu saja, ia bukanlah anak yang terlalu mudah dibayangkan sebagai anak bandel dan anti pendidikan. Stigma nakal dan cerewet dari gurunya di masa kecil hanyalah sebuah proses perkembangan anak yang tidak atau belum sepenuhnya dipahami oleh sang guru. Ini terbukti setelah ia menjalani pendidikan di sebuah sekolah yang tepat menurut keinginannya Totto Chan pun tumbuh dan berkembang secara maksimal, matang, cerdas, dan dewasa.
Kini, Totto Chan dewasa bernama Tetsuko Kuroyanagi, berprofesi sebagai presenter TV yang sangat populer di negaranya. Namanya bahkan juga menjadi title sebuah program Tetsukos Room. Bahkan, pikiran-pikirannya tentang pendidikan kini dijadikan sebagai rujukan standardisasi sistem pendidikan nasional di Jepang. Tetsuko juga terpilih menjadi duta Unicef untuk anak-anak terlantar di dunia.
Apa yang menarik dari pengalaman pendidikan Totto Chan? Dia belajar di sebuah sekolah yang ruangan kelasnya adalah bekas gerbang kereta api. Bisa dibayangkan betapa sederhananya lembaga pendidikan seperti ini.
Tetapi dari sekolah inilah Totto Chan banyak belajar tentang kehidupan karena itu sekolah ini dinamai Tomoe-Gakuen (sekolah kehidupan). Dari sekolah ini pula Totto Chan belajar cinta dan kesetaraan, tanpa membedakan atas yang lain. Setiap anak mempunyai hak dan kedudukan yang sama, tidak peduli mereka pintar atau bodoh, tetapi mereka adalah bagian dari suatu keluarga. Karenanya prinsip utama dalam belajar adalah melakukannya dengan rasa senang.
Kepala sekolah, Sosaku Kobayashi, adalah seorang pendidik yang baik dan bijaksana. Ia menerapkan sistem pendidikan di sekolahnya, Tomoe Gakuen, berbeda dari sekolah-sekolah konvensional di Jepang lainnya. Ia memang telah belajar bertahun-tahun, salah satunya di Eropa, sebelum kemudian ia mendirikan Tomoe Gakuen. Ia mendidik murid-muridnya dengan “menyerahkan”nya pada alam dan membiarkan mereka tumbuh sesuai kepribadian dan talentanya masing-masing. Ia selalu berusaha memahami murid-muridnya dan membuat mereka senang. Inilah yang membuat Totto-chan dan teman-temannya begitu dekat dengan Mr. Kobayashi sampai-sampai menganggapnya sebagai teman.
Benar-benar cerita yang patut di baca oleh setiap anak Indonesia dan para guru di Indonesia. Humanis, ceria, dan berwawasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar